Rabu, 12 Januari 2011

Bangkai itu bernama "Homo Homoni Lupus"

Dulu waktu di SMA kelas 1 gw untuk pertama kalinya mengenal kalimat "Homo Homoni Lupus" atau manusia adalah srigala bagi manusia lainnya. Gw mendapatkan kebenaran atas kalimat ini sepanjang gw menjalani kehidupan selama 22 tahun ini. hmmmm, banyak banget memang gw menemukan banyak manusia yang menghina, merendahkan, atau menyepelekan orang lain yang dengan berbagai motif, ada yang pengen dibilang lebih hebat, atau ingin menjatuhkan mental orang lain, banyak motif deh, mungkin ini juga bagian dari teori maslow di psikologi bahwa ada "need for achievement" mereka ingin dihargai, tapi yang ini dengan cara2 yang bikin mual.hehe. kejadian ini memang meliputi berbagai aspek, termasuk ada beberapa teman juga yang bersikap seperti itu kepada gw, nggak banyak sih, paling 1/2 orang. Cuman gw positif thinking aja dia adalah wanna be gw, atau punya penyakit hati didalam dirinya.. Setiap kali ada yang seperti itu, gw hanya akan selalu diam, sambil didalam hati berkata "hai sobat, belum tentu yang kau rendahkan lebih buruk darimu, atau sebaliknya kau ternyata yang lebih buruk daripada aku" walaupun sebenarnya nggak. :D 

ya kita taulah, didunia ini selalu ada trade-off dan gw selalu percaya hukum sebab akibat. Tindakan buruk akan kembali kepada si pemiliknya, begitu pula sebaliknya, tindakan baik juga akan kembali kepada pemiliknya pula. waw fantastis memang, tadinya gw percaya quotes dari para ahli politik didunianya " Tidak ada kawan atau lawan sejati, yang ada hanya kepentingan sejati". Tapi surprise!!!! Ternyata hal ini juga berlaku didalam beberapa konteks hidup. Jadi inget perkataan ibu " Le, jangan marah kalau dihina atau direndahkan sama orang, bukalah hatimu lebih lebar, anggap hinaan itu jadi motivasi positif, ibu tau penghinaan itu cermin bahwa yang menghina itu tidak lebih baik daripada kita". Nice quotes mom, i never forget your great quotes from my day. Pokoknya ingat ada hukum sebab-akibat atas apa yang kita perbuat kawan :D 

Selasa, 11 Januari 2011

Surat Teh Rini Untuk Wartawan

Iseng-iseng browsing kaskus, saya dapet satu thread tentang berita perceraian aa gym. Memang nggak penting sih, tapi yang menurut saya bagus adalah salah satu istri aa gym, teh rini mengirimkan surat kepada wartawan yang selalu stay di depan rumahnya untuk mencari berita. Saya menyoroti isi surat ini dari sisi Komunikasi Bisnis dan Negosiasi " Separated the people from their problem".


Tenang tapi menyampaikan langsung kepersoalannya. Siapapun yang membaca ini gw yakin bakal adem hatinya, dan nggak ada tuh yang namanya kekerasan, atau permasalahan yang lain.

Ujian Masuk Universitas Gadjah Mada Jalur Ujian Tulis 2011

Persyaratan Peserta

  1. Siswa aktif kelas terakhir SMA/SMK/MA, lulusan SMA/SMK/MA tahun 2009 dan 2010 dalam dan luar negeri, lulusan ujian persamaan atau yang setara lainnya.
  2. Memenuhi persyaratan kesehatan dan tidak mengalami ketunaan yang ditetapkan oleh program studi masing-masing.

Cara Dan Waktu Pendaftaran

  1. Membayar biaya pendaftaran sebesar Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) melalui sistem multi-payment Bank Mandiri. Tata cara pembayaran selengkapnya dapat dilihat di sini.
  2. Login ke situs http://um.ugm.ac.id untuk mengisi formulir pendaftaran (3 Januari s.d. 15 Maret 2011).
  3. Peserta dapat memilih 3 (tiga) program studi berdasarkan prioritas.
  4. Verifikasi/daftar ulang peserta (9 s.d. 16 Maret 2011) di lokasi yang dipilih untuk ujian. Jadwal dan alamat pelayanan, serta informasi kelengkapan berkas dapat dilihat di situs http://um.ugm.ac.id.
  5. Ujian Tulis dilaksanakan Minggu, 27 Maret 2011.
  6. Seleksi sepenuhnya dilakukan oleh Panitia UM UGM 2011.
  7. Hasil seleksi diumumkan Sabtu, 16 April 2011 melalui situs http://um.ugm.ac.id.
  8. Keputusan penerimaan adalah final dan tidak dapat diganggu gugat.

Perhatian:
  • Proses verifikasi dilakukan di Yogyakarta, Semarang, Madiun, Jakarta, Tangerang, Cirebon, Palembang, Pekanbaru, Balikpapan, Lhokseumawe, Bandar Lampung, Batam, Banda Aceh, atau Mataram. Lokasi verifikasi yang Anda pilih akan menjadi lokasi tes tulis Anda.


Untuk pendaftarannya, dan informasi lebih lanjut, silahkan buka website :


Si Sulung Bossy, Bungsu Manja, Apa Sebabnya?


VIVAnews - Ada stereotip mengenai karakter anak yang muncul berdasar urutan lahir anak. Si sulung biasanya cenderung memiliki sifat memerintah atau bossy, anak tengah cenderung supel, anak tunggal cenderung egois, dan anak bungsu cenderung manja. Benarkah?
Psikolog Hospital for Sick Children di Toronto, Dr Sandra Mendlowitz, tak menampik bahwa urutan kelahiran memengaruhi karakter seorang anak.
Anak tertua biasanya memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga adik-adiknya serta sebagai pemimpin. Situasi ini membantu dalam membangun rasa percaya diri, kedewasaan, kepemimpinan, kemampuan perencanaan, dan prestasi. Namun, karakter 'kakak tertua' sering digambarkan sebagai bossy.
Anak bungsu dianggap sebagai 'bayi' dalam keluarga dan sering dimanjakan. Ini membuat mereka tumbuh menjadi seseorang yang lucu, senang mengambil risiko, lebih bahagia, ramah, suka mencari perhatian dan lebih sensitif dibandingkan saudara-saudaranya.
Anak tengah diposisikan di antara dua ekstrem, anak tertua dan anak bungsu. Sehingga, mereka berusaha untuk melakukan hal-hal yang berbeda. Si anak tengah adalah negosiator yang ramah, pandai bersosialisasi, dan patuh. Namun, anak tengah cenderung lebih pemberontak dari saudara mereka.
Namun, Mendlowitz menegaskan, urutan kelahiran memainkan peran yang relatif kecil dalam menentukan kepribadian, hanya lima persen. "Ada banyak faktor lain yang menentukan siapa kita dan bagaimana kita akan menjadi seseorang," katanya seperti dikutip dari Times of India.

Senin, 10 Januari 2011

Keseimbangan ilmu mempelajari ekonomi pancasila

 Ini merupakan postingan lama saya yang dipublish tahun 2008 kemarin, cuman ya diupdate lagi supaya pada baca.hehe..Dikuliah, khususnya kuliah di Fakultas Ekonomi kita sudah sering dijajalkan oleh pemikiran2 barat, sekarang saatnya otak kita dipacu untuk menuju titik keseimbangan, menurut saya, kita tidak perlu membeci satu ilmu, namun kita memang perlu menyeimbangkannya.

 Perekonomian indonesia belumlah terlepas dari kapitalisasi asing. Kita telah mengetahui dan sering mendengar aset-aset berharga milik bangsa yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan bangsa indonesia, kini kepemilikanya telah dikuasai asing. Berbagai sektor perekonomian strategis seperti Migas,telekomunikasi,barang tambang,dan lain sebagainya sudah banyak dikuasai asing.Fenomena apakah yang terjadi?Padahal kita tahu bahwa kekayaan SDA kita amat sangat melimpah,tetapi apa yang terjadi dengan keadaan hidup rakyat indonesia?Sebagian besar masih hidup dibawah garis kemiskinan.Kapitalisasi perekonomian indonesia oleh asing agaknya dapat menjadi sebuah kekhawatiran kita.Kenapa?karena jika ini terus terjadi,kita dapat menjadi seperti "Sapi Perah" bangsa kapitalis.

 Ada beberapa hal yang mendasari saya mengapa kapitalis akan mengancam indonesia. Trilogo pembangunan, yaitu, Pertumbuhan, Stabilisasi, dan Pemerataan yang tidak dapat dicapai oleh kapitalisme.Kapitalis hanya mengacu pada Pertumbuhan dan stabilisasi,namun tidak untuk pemerataan ekonomi. Akibatnya terjadilah kesenjangan sosial, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin,inilah yang terlihat di indonesia. Kita lihat Irian Jaya yang mendapat julukan "Sleep Giant" yang kekayaan alamnya dikeruk habis oleh Freeport, namun adakah kemajuan kesejahteraan ekonomi yang terlihat di masyarakatnya?padahal kekayaan alam yang dikeruk tersbut mampu mensejahterakan mereka.Gas,minyak bumi,yang seharusnya kita dapat menikmati untungnya disaat arganya naik,tetapi malah membuat kita semakin sengsara.kenapa? karena sebagian besar barang tambang kita tersebut dijual ke asing dan kita membelinya dengan harga yang tinggi.Ironis memang, tapi itulah yang terjadi dibangsa kita tercinta ini. padahal kita mempunyai jatidiri perekonomian bangsa kita sendiri, yaitu Perekonomian Pancasila. Inilah bacaan yang saya dapat dari berbagai artikel alm.Prof.Mubyarto.

Sistem Ekonomi Pancasila adalah “aturan main” kehidupan ekonomi atau hubungan-hubungan ekonomi antar pelaku-pelaku ekonomi yang didasarkan pada etika atau moral Pancasila dengan tujuan akhir mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Etika Pancasila adalah landasan moral dan kemanusiaan yang dijiwai semangat nasionalisme (kebangsaan) dan kerakyatan, yang kesemuanya bermuara pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Intisari Pancasila (Eka Sila) menurut Bung Karno adalah gotongroyong atau kekeluargaan, sedangkan dari segi politik Trisila yang diperas dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa (monotheisme), sosio-nasionalisme, dan sosio-demokrasi. Praktek-praktek liberalisasi perdagangan dan investasi di Indonesia sejak medio delapanpuluhan bersamaan dengan serangan globalisasi dari negara-negara industri terhadap negara-negara berkembang, sebenarnya dapat ditangkal dengan penerapan sistem ekonomi Pancasila. Namun sejauh ini gagal karena politik ekonomi diarahkan pada akselerasi pembangunan yang lebih mementingkan pertumbuhan ekonomi tinggi ketimbang pemerataan hasil-hasilnya.


Trilogi Pembangunan

Sebenarnya sejak terjadinya peristiwa “Malari” (Malapetaka Januari) 15 Januari 1974, slogan Trilogi Pembangunan sudah berhasil dijadikan “teori” yang mengoreksi teori ekonomi pembangunan yang hanya mementingkan pertumbuhan . Trilogi pembangunan terdiri atas Stabilitas Nasional yang dinamis, Pertumbuhan Ekonomi Tinggi, dan Pemerataan Pembangunan dan hasil-hasilnya. Namun sayangnya slogan yang baik ini justru terkalahkan karena sejak 1973/74 selama 7 tahun Indonesia di”manja” bonansa minyak yang membuat bangsa Indonesia “lupa daratan”. Rezeki nomplok minyak bumi yang membuat Indonesia kaya mendadak telah menarik minat para investor asing untuk ikut “menjarah” kekayaan alam Indonesia. Serbuan para investor asing ini ketika melambat karena jatuhnya harga minyak dunia , selanjutnya dirangsang ekstra melalui kebijakan deregulasi (liberalisasi) pada tahun-tahun 1983-88. Kebijakan penarikan investor yang menjadi sangat liberal ini tidak disadari bahkan oleh para teknokrat sendiri sehingga seorang tokoknya mengaku kecolongan dengan menyatakan:

Dalam keadaan yang tidak menentu ini pemerintah mengambil tindakan yang berani menghapus semua pembatasan untuk arus modal yang masuk dan keluar. Undang-undang Indonesia yang mengatur arus modal, dengan demikian menjadi yang paling liberal di dunia, bahkan melebihi yang berlaku di negara-negara yang paling liberal. (Radius Prawiro. 1998:409)



Himbauan Ekonomi Pancasila

Pada tahun 1980 Seminar Ekonomi Pancasila dalam rangka seperempat abad FE-UGM “menghimbau” pemerintah Indonesia untuk berhati-hati dalam memilih dan melaksanakan strategi pembangunan ekonomi. Ada peringatan “teoritis” bahwa ilmu ekonomi Neoklasik dari Barat memang cocok untuk menumbuhkembangkan perekonomian nasional, tetapi tidak cocok atau tidak memadai untuk mencapai pemerataan dan mewujudkan keadilan sosial. Karena amanah Pancasila adalah mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia maka ekonom-ekonom UGM melontarkan konsep Ekonomi Pancasila yang seharusnya dijadikan pedoman mendasar dari setiap kebijakan pembangunan ekonomi. Jika Emil Salim pada tahun 1966 menyatakan bahwa dari Pancasila yang relevan dan perlu diacu adalah (hanya) sila terakhir, keadilan sosial, maka ekonom-ekonom UGM menyempurnakannya dengan mengacu pada kelima-limanya sebagai berikut:

Roda kegiatan ekonomi bangsa digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial, dan moral; Ada kehendak kuat warga masyarakat untuk mewujudkan kemerataan sosial yaitu tidak membiarkan terjadinya dan berkembangnya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial;

Semangat nasionalisme ekonomi; dalam era globalisasi mekin jelas adanya urgensi terwujudnya perekonomian nasional yang kuat, tangguh, dan mandiri;

Demokrasi Ekonomi berdasar kerakyatan dan kekeluargaan; koperasi dan usaha-usaha kooperatif menjiwai perilaku ekonomi perorangan dan masyarakat;

Keseimbangan yang harmonis, efisien, dan adil, antara perencanaan nasional dengan desentralisasi ekonomi dan otonomi yang luas, bebas, dan bertanggungjawab, menuju perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sebagaimana terjadi pemerintah Orde Baru yang sangat kuat dan stabil, memilih strategi pembangunan berpola “konglomeratisme” yang menomorsatukan pertumbuhan ekonomi tinggi dan hampir-hampir mengabaikan pemerataan. Ini merupakan strategi yang berakibat pada “bom waktu” yang meledak pada tahun 1997 saat awal reformasi politik, ekonomi, sosial, dan moral.Globalisasi atau Gombalisasi?
Dalam 3 buku yang menarik The Globalization of Poverty (Chossudovsky, 1997), Globalization Unmasked (Petras & Veltmeyer, 2001), dan Globalization and Its Discontents (Stiglitz, 2002) dibahas secara amat kritis fenomena globalisasi yang jelas-jelas lebih merugikan negara-negara berkembang yang justru menjadi semakin miskin (gombalisasi). Mengapa demikian? Sebabnya adalah bahwa globalisasi tidak lain merupakan pemecahan kejenuhan pasar negara-negara maju dan mencari tempat-tempat penjualan atau “pembuangan” barang-barang yang sudah mengalami kesulitan di pasar dalam negeri negara-negara industri maju.

Globalization is … the outcome of consciously pursued strategy, the political project of a transnational capitalist class, and formed on the basis of an institutional structure set up to serve and advance the interest of this class (Petras & Veltmeyer. 2001: 11)

Indonesia yang menjadi tuan rumah KTT APEC di Bogor 1994, mengejutkan dunia dengan keberaniannya menerima jadwal AFTA 2003 dan APEC 2010 dengan menyatakan “siap tidak siap, suka tidak suka, kita harus ikut globalisasi karena sudah berada di dalamnya”. Keberanian menerima jadwal AFTA dan APEC ini, kini setelah terjadi krismon 1997, menjadi bahan perbincangan luas karena dianggap tidak didasarkan pada gambaran yang realistis atas “kesiapan” perekonomian Indonesia. Maka cukup mengherankan bila banyak pakar Indonesia menekankan pada keharusan Indonesia melaksanakan AFTA tahun 2003, karena kita sudah committed. Pemerintah Orde Baru harus dianggap telah terlalu gegabah menerima kesepakatan AFTA karena mengandalkan pada perusahaan-perusahaan konglomerat yang setelah terserang krismon 1997 terbukti keropos.


Peran Negara dalam Program Ekonomi dan Sosial

Meskipun ada kekecewaan besar terhadap amandemen UUD 1945 dalam ST MPR 2002 yang semula akan menghapuskan asas kekeluargaan pada pasal 33, yang batal, namun putusan untuk menghapus seluruh penjelasan UUD sungguh merupakan kekeliruan sangat serius. Syukur, kekecewaan ini terobati dengan tambahan 2 ayat baru pada pasal 34 tentang pengembangan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan pemberdayaan masyarakat lemah dan tidak mampu (ayat 2), dan tanggungjawab negara dalam penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (ayat 3). Di samping itu pasal 31, yang semula hanya terdiri atas 2 ayat, tentang pengajaran sangat diperkaya dan diperkuat dengan penggantian istilah pengajaran dengan pendidikan. Selama itu pemerintah juga diamanatkan untuk menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan untuk semua itu negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya duapuluh persen dari nilai APBN dan APBD.

Demikian jika ketentuan-ketentuan baru dalam penyelenggaraan program-program sosial ini dipatuhi dan dilaksanakan dengan baik, sebenarnya otomatis telah terjadi koreksi total atas sistem perekonomian nasional dan sistem penyelenggaraan kesejahteraan sosial kita yang tidak lagi liberal dan diserahkan sepenuhnya pada kekuatan-kekuatan pasar bebas. Penyelenggaraan program-program sosial yang agresif dan serius yang semuanya dibiayai negara dari pajak-pajak dalam APBN dan APBD akan merupakan jaminan dan wujud nyata sistem ekonomi Pancasila.



Ekonomi Rakyat, Ekonomi Kerakyatan, dan Ekonomi Pancasila

Sejak reformasi, terutama sejak SI-MPR 1998, menjadi populer istilah Ekonomi Kerakyatan sebagai sistem ekonomi yang harus diterapkan di Indonesia, yaitu sistem ekonomi yang demokratis yang melibatkan seluruh kekuatan ekonomi rakyat. Mengapa ekonomi kerakyatan, bukan ekonomi rakyat atau ekonomi Pancasila? Sebabnya adalah karena kata ekonomi rakyat dianggap berkonotasi komunis seperti di RRC (Republik Rakyat Cina), sedangkan ekonomi Pancasila dianggap telah dilaksanakan selama Orde Baru yang terbukti gagal.

Pada bulan Agustus 2002 bertepatan dengan peringatan 100 tahun Bung Hatta, UGM mengumumkan berdirinya Pusat Studi Ekonomi Pancasila (PUSTEP) yang akan secara serius mengadakan kajian-kajian tentang Ekonomi Pancasila dan penerapannya di Indonesia baik di tingkat nasional maupun di daerah-daerah. Sistem Ekonomi Pancasila yang bermoral, manusiawi, nasionalistik, demokratis, dan berkeadilan, jika diterapkan secara tepat pada setiap kebijakan dan program akan dapat membantu terwujudnya keselarasan dan keharmonisan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.

Sistem Ekonomi Pancasila berisi aturan main kehidupan ekonomi yang mengacu pada ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Dalam Sistem Ekonomi Pancasila, pemerintah dan masyarakat memihak pada (kepentingan) ekonomi rakyat sehingga terwujud kemerataan sosial dalam kemakmuran dan kesejahteraan. Inilah sistem ekonomi kerakyatan yang demokratis yang melibatkan semua orang dalam proses produksi dan hasilnya juga dinikmati oleh semua warga masyarakat.



Penutup

Ekonomi Indonesia yang “sosialistik” sampai 1966 berubah menjadi “kapitalistik” bersamaan dengan berakhirnya Orde Lama (1959-1966). Selama Orde Baru (1966-1998) sistem ekonomi dinyatakan didasarkan pada Pancasila dan kekeluargaan yang mengacu pasal 33 UUD 1945, tetapi dalam praktek meninggalkan ajaran moral, tidak demokratis, dan tidak adil. Ketidakadilan ekonomi dan sosial sebagai akibat dari penyimpangan/penyelewengan Pancasila dan asas kekeluargaan telah mengakibatkan ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang tajam yang selanjutnya menjadi salah satu sumber utama krisis moneter tahun 1997.

Aturan main sistem ekonomi Pancasila yang lebih ditekankan pada sila ke-4 Kerakyatan (yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan) menjadi slogan baru yang diperjuangkan sejak reformasi. Melalui gerakan reformasi banyak kalangan berharap hukum dan moral dapat dijadikan landasan pikir dan landasan kerja. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang memihak pada dan melindungi kepentingan ekonomi rakyat melalui upaya-upaya dan program-program pemberdayaan ekonomi rakyat. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sub-sistem dari sistem ekonomi Pancasila, yang diharapkan mampu meredam ekses kehidupan ekonomi yang liberal.

Sumber: www.tokohindonesia.com
             www.kompas.com
Buku-buku pemikiran ekonomi

Tepat tanggal 10+1+11= 22 tahun sudah aku hidup

Tepat hari ini genap sudah aku berumur 22 tahun. Memang belum banyak yang sudah kulakukan, namun inilah sebuah "tamparan" keras yang sudah menyadarkanku untuk terus menjalani hidup dan berkaca bagaimana kualitas dari hidupku sejauh ini?apa saja yang sudah aku kerjakan?apakah bermanfaat atau hanya kesia-siaan saja? ini pertanyaan besarku untuk dijawab.22 tahun sudah aku menjalani kehidupan ini, terimakasih ya Allah atas kehidupan dan segalanya yang telah Engkau berikan. Terimakasih teman-teman atas ucapannya, semoga resolusi dan cita-cita terdekat kita dapat segera terwujud, dengan diikuti resolusi dan cita-cita yang lebih besar kedepannya melalui langkah nyata yang sudah kita lakukan. ya Allah berikanlah aku kekuatan untuk mewujudkan semua mimpiku. Amiinn..


Minggu, 09 Januari 2011

Menuju 10 Januari 2011 (Sebuah refleksi diri)

Menuju 10 Januari 2011, tiba-tiba aku berfikir, hal apa saja yang sudah aku lakukan selama hampir 22 tahun aku hidup?kesia2an kah? atau sudah banyak manfaat yang sudah aku perbuat? aku tak mengerti, dan jujur sulit untuk diriku untuk menilai diri ini. Ya Allah, jika banyak kesia-siaan yang sudah ku perbuat selama aku hidup, berikan ampunan-Mu untukku, karena aku hanyalah setitik debu bagi-Mu, kapanpun Engkau tiup atau hempaskan aku, itu tidak akan bisa aku cegah, hanya pertolongan dan ampunan-Mu lah yang membuatku bertahan ya Allah.. 22 Tahun Engkau berikan aku kehidupan ya Allah, semoga aku dapat meningkatkan kualitas hidupku, baik untuk dunia maupun akhirat, karena ku  yakin, rahmat-Mu melangit luas walaupun dosaku menggunung tinggi...